Edi Damansyah Ingin Erau Adat Pelas Benua Lestari di Tanah Kutai Kartanegara
TENGGARONG- Prosesi Merebahkan Tiang Ayu menjadi penanda berakhirnya seluruh rangkaian Erau Adat Pelas Benua Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura tahun 2023.
Ritual Merebahkan Tiang Ayu dilakukan kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura di Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, yang kini menjadi Museum Mulawarman.
“Merebahkan Tiang Ayu menjadi simbol seluruh rangkaian Erau Adat Pelas Benua 2022 berakhir,” ujar Bupati Kutai Kartanegara Edi Damanysah yang ikut menghadiri prosesi sakral itu, Selasa (3/10/2023).
Merebahkan Tiang Ayu dilakukan oleh beberapa kerabat Keraton, dan diselenggarakan saat matahari mulai meninggi di ufuk timur, sekitar jam 10 pagi.
Menjelang upacara, para pangkon laki atau abdi dalem pria dan pangkon bini atau abdi dalem wanita mulai duduk berjajar di sayap kanan dan sayap kiri Ruang Stinggil.
Di tengah ruangan, Sultan dan para kerabat Kesultanan berjajar menghadap ke Sangkoh Piatu atau Tiang Ayu.
Dewa atau wanita pengabdi ritual dan belian atau pria pengabdi ritual duduk di sisi kanan dan kiri dari susunan tambak karang yang dilapisi selembar kasur kuning, tempat pembaringan Sangkoh Piatu.
Setelah Sultan hadir di ruangan, ritual ini pun dimulai. Empat orang kerabat Kesultanan berjajar di sisi Sangkoh Piatu.
Selanjutnya, Sangkoh Piatu digoyangkan sebanyak tiga kali, seperti menggoyangkan batang pohon untuk menumbangkannya.
Setelah itu, barulah Sangkoh Piatu direbahkan di atas kasur. Usai Sangkoh Piatu rebah, dewa melaksanakan ritual tepong tawar di sekeliling Sangkoh Piatu. Kemudian dewa melakukan besawai dan membawa tepong tawar ke hadapan Sultan.
Selanjutnya, dilakukan ritual tepong tawar kepada Sultan. Pada ritual ini, air tepong tawar diusapkan pada punggung tangan, dahi, kepala, lutut, dan betis Sultan.
Sultan kemudian mengusapkan air kembang ke kedua kelopak matanya, menyapu wajah dan kepalanya.
Ritual yang sama dilakukan kepada Putra Mahkota, kerabat-kerabat Kesultanan, serta tamu kehormatan. Ritual ini secara simbolis menutup perayaan Erau.
Selepas prosesi merebahkan Tiang Ayu, segenap dewa, belian, serta para pangkon memberikan selamat dan sembah hormat kepada Sultan dan Putra Mahkota atas terlaksananya Erau.
Perayaan ritual berusia sekitar 700 tahun ini pun berakhir dengan rasa syukur setelah berlangsung kurang lebih selama 14 hari.
Bupati Edi Damansyah berharap, adat dan kebudayaan yang ada di tanah Kutai bisa terus dilestarikan untuk diketahui oleh generasi penerus, anak-cucu di Kutai Kartanegara.
“Kami berharap Erau bisa terus dijaga adat dan kelestariannya. Tentu, Kesultanan juga punya nilai budaya luhur. Budaya ini harus terus kita jaga dan kita kenalkan kepada anak cucu,” tandasnya. (rai/ADV)